Sunday, January 13, 2008

RATUSAN TRILIUN RUPIAH UANG RAKYAT DIPARKIR

SEPUTAR INDONESIA, JUM'AT 11 JANUARI 2008


YOGYAKARTA (SINDO) – Ratusan triliun rupiah uang rakyat Indonesia terparkir di bank, khususnya Bank Indonesia. Sementara itu, tidak banyak dana deposit rakyat (nasabah) yang tersalur ke sektor riil nasional.

Kondisi semacam itu ditengarai sebagai penyebab terpuruknya perekonomian Indonesia. Pakar ekonomi Dwi Condro Triono mensinyalir ada sekitar Rp350-400 triliun uang nasabah parkir atau tak termanfaatkan. Dana menganggur itu, menurut Condro, salah satunya diakibatkan karena masih tingginya suku bunga BI.

”Dengan BI rate yang masih 8% membuat para bankir-bankir lebih memilih membeli surat berharga BI. Catatan BI, Loan to Deposit Ratio (LDR) tahun 2007 di atas 50%. Itu membuktikan banyak uang rakyat yang terparkir di BI,”kata Condro saat mengisi acara Reflesi Pergantian Tahun Hijriyah yang digelar DPD I Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) DIY di Gedung Graha Wana Bhakti Yasa, Baciro,Yogyakarta,kemarin.

Dampaknya, kata Condro, dana di bank tidak banyak tersalurkan ke sektor riil,karena pemilik bank cenderung membeli surat berharga BI dengan harapan memperoleh bunga tinggi. ”Dengan suku bunga BI yang masih tinggi, para direktur bank itu tinggal tidur saja sudah dapat bunga banyak,”ungkap Condro.

Namun, dari sudut pandang agama, menurut Condro, suku bunga adalah haram. Sesuai tema acara “Hentikan kapitalisme dengan Syariah dan Khilafah Menuju Indonesia Mandiri dan Sejahtera” Condro berpendapat sistem ekonomi konvensional Indonesia harus diubah. ”Kita harus revolusi ekonomi, ” tandasnya.

Sementara itu,Amien Rais selaku keynote speak acara tersebutmengatakan, untuktercapainya keadilan, ruh syariah dan ruh khilafah merupakan solusi perbaikan ekonomi Indonesia.

Amien juga mensinyalir para pemimpin Indonesia masih takutdanselalubawahtekanan lembaga ekonomi neo liberal– kapitalisme asing. Humas HTI DIY Yoyok Tindyo mengatakan, model negara (khilafah) yang dipimpin khalifah seperti zaman Nabi SAW dianggap dapat mewujudkan keadilan seluruh sektor di negeri ini. (moch fauzi)


No comments: